change to go on

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RSS

MYDYMARSITOON

MYTE

Orang  zaman dahulu, ternyata sudah mengenal banyak tanaman untuk mengobati penyakit pada gigi. Entah bagaimana caranya, apakahberawal dari sekedar coba-coba saja atau insting dan lain-lain, yang jelas  cara tradisional ini banyak menunjukkan efektifitas dalam perawatan dan pengobatan gigi.
          Kita ambil contoh saja nginang, nenek moyang kita yang dahulumenjadikan hal tersebut kebiasaan, katanya dengan nginang ini gigi kita akan tambah awet alias gak gampang rusak, apakah betul?sekarang coba kita lihat pengkajiannya dalam sisi ilmiah uraianya yaitu sebagai berikut:
          Seperti yang telah kita ketahui, gigi berlubang adalah masalah utama pada gigi. Namun, masih banyak yang belum mengetahui bahwa lubang pada gigi umumnya terjadi karena adanya penularan bakteri Steptococcus. Streptococcus biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling kondisif kondusif menyebabkan karies untuk email gigi. Bakteri Streptococcus ini bertahan hidup dari suatu kelompok karbohidrat berbeda. Gula pada senyawa karbohidrat ini akan dimanfaatkan bakteri sebagai sumber energinya dan menghasilkan asam sebagai hasil sampingan dari metabolismenya. Selain itu, sisa makanan di rongga mulut yang mengalami fermentasi akan menghasilkan asam sehingga keasaman rongga mulut meningkat. Asam fermentasi bisa melarutkan mineral email gigi sehingga bakteri akan semakin mudah merusak gigi semakin dalam. Asam yang berada di mulut akan mengikis email, sehingga menghasilkan permukaan email yang buram dan kasar. Selanjutnya permukaan email yang kasar akan menjadi tempat berkembang biaknya bakteri yang bersifat kariogenik (penyebab karies), salah satunya streptococcus.
http://kartikadee.files.wordpress.com/2012/11/streptococcus-aureus1.jpg?w=614
Bakteri Streptococcus
Gigi sehat dan kuat dimiliki oleh orang tua yang memiliki kebiasaan nginang, terjadi karena kandungan daun sirih dalam racikan nginang-nya itu. Daun sirih memiliki kemampuan sebagai antiseptic, antioksidan, dan fungisida. Menurut Hariana didalam bukunya yang berjudul Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, daun sirih mengandung minyak atsiri sampai 4,2%, senyawa fenil propanoid dan tannin. Senyawa-senyawa ini bersifat antimikroba dan antijamur yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri diantaranya Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus, dan dapat mematikan Candida albicans.
Berdasarkan hasil uji fitokimia daun sirih, menunjukan adanya golongan senyawa glikosida, steroid/ triterpenoid, flavonoid, tanin, dan antrakinon didalam duan sirih. Adanya kandungan senyawa senyawa triterpenoid, flavonoid, dan tanin menunjukan bahwa tumbuhan sirih mempunyai Aktivitas sebagai antimikroba, yang mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan negative. Senyawa tanin dan flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri untuk melawan Staphylococcus aureus, Eschericia coli dan jamur Candida albicans. Adapun ketiga bakteri tersebut merupakan bakteri penyebab berbagai penyakit pada gigi dan gusi serta menimbulkan bau yang tidak sedap di mulut. Ini didukung oleh Ditjen POM (1980) yang menyebutkan bahwa pada daun sirih dijumpai senyawa flavonoid dan tanin yang bersifat anti mikroba dan senyawa kavikol yang memiliki daya membunuh bakteri lima kali lebih kuat dari fenol biasa. Berarti daun sirih mampu menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh ketiga bakteri tersebut.
http://kartikadee.files.wordpress.com/2012/11/eschericia-coli.jpg?w=173&h=173
Bakteri Eschericia coli
http://kartikadee.files.wordpress.com/2012/11/candida-albicans.jpg?w=168&h=142
 Jamur Candida albicans
Menurut Pelczar dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Mikrobiologi, Staphylococcus merupakan bakteri gram positif yang terdapat pada sel kulit mati, hidung, mulut, dan luka. Eschericia coli merupakan bakteri gram negative yang terdapat dalam saluran cerna sebagai flora normal. Sedangkan Candida albicans adalah jamur yang terdapat di dalam mulut, usus duabelas jari, usus halus, dan usus besar.
Sekarang sudah tahu kan, mengapa kebiasaan nginang membuat gigi menjadi sehat. Dalam mengkonsumsi daun sirih tidak harus dengan cara tradisional seperti nginang.
Namun dalam penelitian lebih lanjut nginang juga menyebabkan beberapa efek negatif, uaraianya adalah sebagai berikut:
Saat nginang, tembakau tidak digunakan sendirian melainkan ada campurannya. Di antaranya adalah endapan kapur (Jawa: njet), buah pinang, daun gambir dan tidak lupa daun sirih.

Masyarakat meyakini, tradisi ini memberikan manfaat bagi kesehatan gigi dan mulut. Meski belum banyak penelitian tentang dugaan tersebut, kebanyakan penginang memang memiliki mulut yang sehat serta gigi yang kuat meski berwarna agak kekuningan.

Anggapan ini mungkin ada benarnya, sebab beberapa campurannya yakni gambir serta daun sirih dikenal sebagai antiseptik. Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya dapat mencegah pertumbuhan kuman-kuman penyebab sakit gigi dan bau mulut.

Selain itu nginang juga menggunakan endapan kapur sebagai campuran. Endapan yang telah membentuk pasta ini mengandung kalsium, yang diyakini punya manfaat bagi kesehatan gigi dan tulang.

Sampai di sini, manfaat nginang belum terbantahkan. Namun masih ada satu komponen lagi yang pastinya kontroversial, yakni tembakau. Jika tembakau dikatakan berbahaya ketika dalam bentuk rokok, apakah hal yang sama berlaku juga dalam nginang?

Seperti dilansir dari ncbi.nlm.nih.gov, Senin (31/5/2010) sebuah penelitian pernah dilakukan oleh National Board of Health and Welfare (1997) untuk melihat hal itu. Ternyata pada smokeless tobacco (produk tembakau non-rokok) termasuk nginang, dijumpai risiko kesehatan yang sama dengan merokok meski sedikit lebih kecil.

Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada smokeless tobacco meningkat 2 kali lipat dibandingkan ketika tidak mengonsumsi tembakau. Sedangkan pada rokok, risiko terebut menginkat 3 kali lipat.

Selain itu, smokeless tobacco dapat meningkatkan tekanan darah sehingga memperbesar risiko hipertensi. Hal yang sama juga terjadi pada rokok.

Karena dampak negatifnya lebih kecil, dalam hal ini nginang bisa dikatakan lebih aman dibandingkan rokok. Apalagi dampak tersebut hanya dialami oleh yang bersangkutan, tidak seperti rokok yang mengenal istilah perokok pasif.

Jika dari sisi kesehatan dampak negatif nginang sudah ditemukan, dampak negatif dari sisi lingkungan sebenarnya juga ada.

Salah satu komponen dalam nginang adalah pinang, yang mengandung alkaloid bernama arecoline. Senyawa ini akan memberi warna yang khas pada air liur saat nginang, yakni merah terang.

Kebiasaan buruk di desa-desa adalah meludah sembarangan. Dengan warna air liur yang semacam itu, kebiasaan itu tentu saja akan meninggalkan noda berupa bercak merah di mana-mana.

Sebenarnya masyarakat di Indonesia seperti di Jawa mempunyai wadah khusus untuk meludah, berupa kaleng kecil yang disebut tempolong. Masalah lingkungan akan teratasi jika saja semua orang yang nginang punya wadah semacam ini.
Nah teman-teman kalau ingin tetap mempunyanyai gigi sehat dengan cara alami seperti nginang tapi takut dengan efek sampingnya. Jangan bingung lebih baik kita ambil sisi positifnya saja kita tetap menggunakan daun sirih tapi tidak dicampur dengan tembakau,pinang,kapur, atau bahan campuran lain, melainkan dengan cara merebus daun tersebut dan menggunakannya untuk berkumur, nah kalau begitu kan jadi lebih simple dan aman:) :) J
Gambar untuk daun sirih

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

SEMOGA BERMAFAAT